Seringkali kita terlalu disibukkan dengan urusan keilmuan
dari segi keduniawian saja. Mengerjar nilai atau IPK yang baik, mendapatkan
gelar, dan mendapatkan pekerjaan yang layak nantinya adalah orientasi mayoritas
dari akademisi saat ini. Hakekat niat dan tujuan menuntut ilmu sebagai jihad fi
sabilillah belum dapat dipahami dan dihayati secara menyeluruh. Jadi bagaimana
untuk meraih niat dan tujuan dari menuntut ilmu yang sesuai dengan ajaran Islam
?
Mari kita simak pemaparan pada Maidah Ula (Kajian Utama)
berikut ini :
Pertama adalah kita harus memahami hakekat dan keutamaan
menuntut ilmu dalam ajaran Islam. Sungguh Allah telah memuliakan ilmu dan
ulama dengan memberikan kepada mereka kebaikan yang umum dan menyeluruh
sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya:
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ
فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُولُو الأَلْبَابِ
“Allah menganugrahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam
tentang Al-Qur`an dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan
barangsiapa yang dianugrahi Al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi
karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran.” (QS. Al-Baqarah: 269).
Firman Allah yang lain:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ
أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antara kalian dan orang orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat.” (QS.
Al-Mujaadilah: 11).
Menuntut ilmu merupakan suatu hal yang sangat mulia di sisi
Allah SWT. Namun terdapat aturan dan adab untuk memperoleh ilmu yang
memiliki manfaat bagi umat nantinya. Terdapat paradigma Islam dalam dasar
menuntut ilmu agar tidak terjadi sekulerisme yang saat ini merupakan
paradigma pendidikan yang telah umum digunakan di berbagai belahan dunia. Paradigma
Islam adalah paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan
pengatur kehidupan.Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun
segala pemikirannya berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah
itu.Ini bisa kita pahami dari ayat yang pertama kali turun.
“bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.”
(al-‘Alaq : 1)
Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk
membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman.Tetapi segala
pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra’ haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap
berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam.
Ilmu merupakan aset yang tidak hanya meningkatkan
pengetahuan seseorang dan rasa hormat dalam masyarakat, tetapi juga
membuat hati murni dan dilindungi dari kejahatan. Hal ini juga mengajarkan hati
dan jiwa untuk hidup sesuai dengan perintah Allah Taa'la. Allah memberikan
kekayaan dan rezeki terhadap seluruh manusia baik yang dicintai maupun
tidak,
namun hanya
memberikan pengetahuan dan kemuliaan kepada orang-orang yang dicintai-Nya. Ketika
seorang hamba meninggal, ia meninggalkan semua kekayaannya di dunia.
Apapun yang
dilakukan seseorang dengan kekayaannya di
jalan Allah, ia akan dihargai untuk itu. Di sisi lain, jika ia menggunakan
kekayaannya pada jalan yang salah, dia akan dihukum
untuk itu. Ketika seseorang yang sedang menuntut ilmu meninggal, ilmu
pergi bersamanya dan bermanfaat bagi orang lain merupakan salah satu amal
jariyah serta kedudukannya di surga semakin tinggi.
Selalu ingat bahwa tidak peduli seberapa keras kehidupan
yang dijalani, ilmu bermanfaat yang kita peroleh selalu ada bagi kita
sebagai pelita hati yang tidak akan berpaling dan sebagai gerbang menuju
ridho dan kemuliaan di sisi Nya.
Semoga Allah memberi kita kemampuan untuk menuntut ilmu
dengan benar dan kelak Allah SWT akan menerima dan menaikkan derajat kita
dengan ilmu yang kita amalkan sebagai bentuk jihad fi sabilillah.
Amiin.